
![]() |
Bandara H. Aroeppala Kabupaten Kepulauan Selayar (Photo: Istimewa) |
Realitynews.web.id | SELAYAR, – Terhentinya layanan maskapai penerbangan di Bandara H. Aroeppala, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, berdampak besar pada sektor pariwisata. Penurunan jumlah wisatawan domestik dan internasional dirasakan langsung oleh pelaku usaha wisata, penyedia jasa, hingga sektor kuliner dan usaha mikro lainnya.
Andi Ridha Nur Afdal, biasa disapa panggilan om Ridha, seorang pengelola Dive Center Selayar Marine, menyebutkan bahwa tidak beroperasinya maskapai penerbangan menjadi penyebab utama penurunan kunjungan.
"Ya, kunjungan jelas menurun. Wisatawan, terutama domestik, cenderung memilih destinasi yang mudah dijangkau karena rata-rata mereka memiliki waktu liburan yang terbatas. Jika akses sulit, tentu ini menjadi kendala," ujar Ridha pada Senin (20/01/2025).
Ridho juga menambahkan bahwa kondisi ini mempengaruhi berbagai sektor yang bergantung pada kedatangan wisatawan. "Dampaknya bukan hanya pada operator wisata seperti kami, tetapi juga dirasakan penyedia akomodasi, restoran, pemandu wisata, hingga pedagang kecil yang menjual souvenir dan kuliner khas Selayar. Ketika wisatawan berkurang, seluruh ekosistem pariwisata ikut terpukul," katanya.
Menurut Ridho, meskipun Selayar merupakan destinasi wisata eksklusif, pengelolaan fasilitas wisata yang lebih baik dan kemudahan akses dapat meningkatkan potensi kunjungan.
"Harus ada kolaborasi antara pelaku usaha wisata dan pemerintah. Apa yang dijual oleh pelaku usaha harus sejalan dengan kebijakan pemangku kepentingan. Jika layanan dipermudah dan masyarakat lokal terlibat, kami optimistis maskapai akan terisi penuh oleh wisatawan," tutupnya.
Kepulauan Selayar dikenal sebagai salah satu destinasi menyelam terbaik di dunia dengan keindahan bawah laut yang menakjubkan. Lokasi-lokasi populer di antaranya adalah kawasan Taman Laut Takabonerate, Pulau Rajuni, Tinanja, Tinabo Slope, Belang-belang, dan Latondu Wall. Selain itu, Selayar juga memiliki banyak spot menyelam di daratan pulau, seperti Magic Wall, Bulo-Buloang, Cave Lobster, dan Seafan Corner di pantai timur, serta Tambolongan Reef, Manta Point 2, Black Forest, dan Taka Beni di pantai barat.
Namun, jarak yang jauh menjadi tantangan bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Taman Laut Takabonerate, yang memerlukan perjalanan laut hingga 6-8 jam menggunakan kapal. Untuk itu, spot-spot alternatif yang lebih dekat seperti di Gusung dan Kampung Batangmata menjadi pilihan yang menarik bagi wisatawan dengan waktu terbatas.
Selain aksesibilitas yang menjadi kendala utama, pelaku usaha wisata berharap adanya kerjasama yang lebih erat antara pemerintah dan pihak swasta untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata. Dengan mengaktifkan kembali layanan maskapai penerbangan di Bandara H. Aroeppala, seluruh pelaku usaha, mulai dari penggerak wisata hingga penyedia jasa kuliner dan souvenir, dapat merasakan dampak positif dari kebangkitan sektor pariwisata.
Pemerintah diharapkan dapat segera mencari solusi konkrit untuk mengatasi masalah ini. Dengan kolaborasi yang baik, sektor pariwisata Selayar memiliki peluang besar untuk bangkit, menarik lebih banyak wisatawan, dan kembali menjadi penggerak utama perekonomian lokal. (*)
Andi Ridha Nur Afdal, biasa disapa panggilan om Ridha, seorang pengelola Dive Center Selayar Marine, menyebutkan bahwa tidak beroperasinya maskapai penerbangan menjadi penyebab utama penurunan kunjungan.
"Ya, kunjungan jelas menurun. Wisatawan, terutama domestik, cenderung memilih destinasi yang mudah dijangkau karena rata-rata mereka memiliki waktu liburan yang terbatas. Jika akses sulit, tentu ini menjadi kendala," ujar Ridha pada Senin (20/01/2025).
Ridho juga menambahkan bahwa kondisi ini mempengaruhi berbagai sektor yang bergantung pada kedatangan wisatawan. "Dampaknya bukan hanya pada operator wisata seperti kami, tetapi juga dirasakan penyedia akomodasi, restoran, pemandu wisata, hingga pedagang kecil yang menjual souvenir dan kuliner khas Selayar. Ketika wisatawan berkurang, seluruh ekosistem pariwisata ikut terpukul," katanya.
Menurut Ridho, meskipun Selayar merupakan destinasi wisata eksklusif, pengelolaan fasilitas wisata yang lebih baik dan kemudahan akses dapat meningkatkan potensi kunjungan.
"Harus ada kolaborasi antara pelaku usaha wisata dan pemerintah. Apa yang dijual oleh pelaku usaha harus sejalan dengan kebijakan pemangku kepentingan. Jika layanan dipermudah dan masyarakat lokal terlibat, kami optimistis maskapai akan terisi penuh oleh wisatawan," tutupnya.
Kepulauan Selayar dikenal sebagai salah satu destinasi menyelam terbaik di dunia dengan keindahan bawah laut yang menakjubkan. Lokasi-lokasi populer di antaranya adalah kawasan Taman Laut Takabonerate, Pulau Rajuni, Tinanja, Tinabo Slope, Belang-belang, dan Latondu Wall. Selain itu, Selayar juga memiliki banyak spot menyelam di daratan pulau, seperti Magic Wall, Bulo-Buloang, Cave Lobster, dan Seafan Corner di pantai timur, serta Tambolongan Reef, Manta Point 2, Black Forest, dan Taka Beni di pantai barat.
Namun, jarak yang jauh menjadi tantangan bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Taman Laut Takabonerate, yang memerlukan perjalanan laut hingga 6-8 jam menggunakan kapal. Untuk itu, spot-spot alternatif yang lebih dekat seperti di Gusung dan Kampung Batangmata menjadi pilihan yang menarik bagi wisatawan dengan waktu terbatas.
Selain aksesibilitas yang menjadi kendala utama, pelaku usaha wisata berharap adanya kerjasama yang lebih erat antara pemerintah dan pihak swasta untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata. Dengan mengaktifkan kembali layanan maskapai penerbangan di Bandara H. Aroeppala, seluruh pelaku usaha, mulai dari penggerak wisata hingga penyedia jasa kuliner dan souvenir, dapat merasakan dampak positif dari kebangkitan sektor pariwisata.
Pemerintah diharapkan dapat segera mencari solusi konkrit untuk mengatasi masalah ini. Dengan kolaborasi yang baik, sektor pariwisata Selayar memiliki peluang besar untuk bangkit, menarik lebih banyak wisatawan, dan kembali menjadi penggerak utama perekonomian lokal. (*)