Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Nelayan Selayar Terjepit: Solar Mahal, Tangkapan Laut Ditukar Demi Bertahan Hidup

Senin, September 16, 2024 | 18.44 WIB Last Updated 2024-09-16T17:42:31Z

 

Ilustrasi prihatin Arsul Iksan salah satu anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar (photo: Istimewa) 

Realitynews.web.id, Selayar – Harga bahan bakar jenis solar di Kabupaten Selayar melonjak tajam hingga Rp 15.000/liter, jauh melampaui harga resmi BBM solar subsidi yang seharusnya Rp 6.800/liter.


Kondisi ini memaksa masyarakat kepulauan melakukan barter solar dengan hasil tangkapan laut, sebuah langkah pahit yang dianggap tak terelakkan oleh nelayan setempat, demi bertahan hidup.


Anggota DPRD Kabupaten Selayar, Arsyil Ihsan, mengungkapkan fenomena ini dengan nada prihatin, menegaskan bahwa krisis distribusi bahan bakar sudah berlangsung cukup lama dan belum ada solusi yang nyata.


"Saya baru saja berbicara dengan warga di Pulau Tarupa, Pulau Rajuni, Pulau Jinato, Pulau Tambuna, dan Pulau Pasitallu. Harga solar di sana bervariasi, dari Rp 11.000 hingga Rp 15.000 per liter," kata Arsyil, mantan jurnalis yang kini menjadi wakil rakyat, Senin (16/9/2024).


Kelangkaan solar tak hanya menekan harga, tetapi juga mengancam mata pencaharian ribuan nelayan di Kepulauan Selayar. Arsyil menjelaskan, sering kali stok solar habis, memaksa para nelayan untuk tetap bertahan di darat, terhalang untuk melaut.


"Krisis ini sudah bertahun-tahun tanpa ada solusi yang berarti. Beban nelayan semakin tak tertahankan karena ketidakpastian ketersediaan solar," ujarnya dengan nada prihatin.


Lebih lanjut, Arsyil menambahkan bahwa nelayan sering kali harus menukarkan hasil tangkapan ikan mereka demi mendapatkan solar, yang harganya terus melonjak tajam.


"Bagaimana nelayan bisa bertahan hidup jika mereka harus membeli solar dengan harga selangit, sementara ikan mereka hanya dihargai murah?" tuturnya, penuh keprihatinan.


Arsyil menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai penyebab pasti melonjaknya harga dan kelangkaan solar di wilayah kepulauan ini. Ia berjanji untuk menyelidiki akar masalah dan mencari solusi konkret.


"Saya belum tahu pasti penyebabnya, tapi kebanyakan nelayan di sana membeli solar dari Kabupaten Sinjai dan daerah lain. Entah kemana jatah solar bagi nelayan Selayar sebenarnya menghilang?" ungkapnya penuh tanda tanya.


Sampai saat ini, pihak Pertamina belum memberikan pernyataan resmi terkait krisis harga dan kelangkaan solar yang kian menghimpit kehidupan masyarakat di Kabupaten Selayar. (*)



×
Berita Terbaru Update