Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Budayawan dan Akademisi Selayar: Stereotip Politik Pulau Daratan Tidak Lagi Relevan di Pilkada 2024

Senin, Juni 24, 2024 | 21.27 WIB Last Updated 2024-06-24T13:27:02Z

 

Budayawan Rahmat Zaenal dan Akademisi ITSBM Selayar anggap Stereotip Politik Pulau dan Daratan Selayar tidak lagi relevan di Pilkada 2024 (Photo:Ar/realitynews.web.id)


Realitynews.web.id – Kemasan isu politik antara pulau dan daratan mendapat tanggapan dari Rahmat Zaenal, seorang budayawan Selayar, yang mengutarakan pendapatnya dalam forum diskusi publik yang digelar oleh KPU Kepulauan Selayar pada Sabtu (22/6/2024) malam.


Dalam diskusi yang berlangsung di Cafe Demokrasi Warkop Tanadoang, Rahmat Zaenal mengatakan bahwa stereotip politik antara pulau dan daratan di Selayar tidak lagi menjadi isu strategis saat ini.


Dalam perspektif budaya, dia menjelaskan bahwa jika ditilik dari pola persebaran penduduk secara geografis di wilayah-wilayah pulau di Kepulauan Selayar, akan didapati bahwa orang-orang yang saat ini berdomisili di pulau-pulau tersebut masih memiliki hubungan kekerabatan dengan penduduk yang tinggal di daratan Pulau Selayar.


Sebagai contoh, katanya, di Pulau Kayuadi, rata-rata masyarakatnya merupakan keturunan orang Pulau Selayar bagian utara dan selatan. Begitu pula dengan masyarakat pulau-pulau lainnya, seperti di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate yang didiami oleh Suku Bugis dan Suku Bajo, Pulau Jampea (didiami oleh orang Selayar dan Suku Bugis), Pulau Bonerate dan Pulau Kalao (didiami oleh Suku Buton dan Suku Bajo), serta Pulau Kalao Toa, yang rata-rata didiami oleh orang Selayar, Suku Bugis, Suku Bajo, dan Suku Buton.


Pada dasarnya, masyarakat dengan latar belakang suku yang berbeda itu telah hidup dalam akulturasi budaya, membangun peradaban, dan menjalani proses kehidupan sehari-hari.


"Karena itu, saya tidak melihat adanya dampak dari stereotip politik antara pulau dan daratan terhadap budaya, demokrasi, dan partisipasi pemilih di Pilkada 2024 nanti," ungkap Rahmat Zaenal.


Untuk itu, dia pun mengajak masyarakat, khususnya para pemuda, untuk lebih produktif dan tidak hanya berinteraksi dengan kelompok dan kalangan mereka sendiri. Karena saat ini adalah waktunya, dengan bonus demografi, Indonesia mampu mengguncang dunia. Saat ini, rata-rata penduduk Indonesia yang berusia antara 15 sampai 23 tahun mencapai 72% dari total penduduk Indonesia.


"Bagi anak-anak muda, mari kita bersama-sama menyambut demokrasi ini dengan lebih dewasa, memberi pencerahan kepada masyarakat, dan mencari pemimpin yang lebih baik. Apapun pilihan politik kita, pada akhirnya kita akan berbicara tentang Kepulauan Selayar 5 tahun ke depan," tutup Rahmat Zaenal.


Diskusi publik yang digelar KPU Kepulauan Selayar dihari Langsung oleh Kajari dan Wakapores kepulauan Selayar (Photo: Ar/realitynews.web.id) 

Hal yang sama juga disampaikan oleh akademisi ITSBM Selayar, Yanuar Taufik, bahwa isu stereotip politik antara pulau dan daratan di Selayar tidak pernah ada dan tidak akan pernah laku dalam konteks politik di Kepulauan Selayar.


Yanuar Taufik memandang bahwa isu stereotip politik antara pulau dan daratan di Selayar tidak akan memberikan dampak dan pengaruh yang signifikan terhadap dunia politik di Kepulauan Selayar, khususnya dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Selayar yang akan dilaksanakan pada 27 November mendatang.


"Sesungguhnya, dikotomi pulau dan daratan tidak pernah ada, dan hanya muncul atau berhembus menjelang Pilkada," terang Yanuar Taufik. (Tim).

×
Berita Terbaru Update